Benci yang Menutupi Sayang

Sayang dan benci memang tak terpisahkan. Aku sayang diriku. Tapi juga terkadang benci padanya. Bahkan saat ini, benci yang kurasakan melebihi sayang. Bukan apa-apa, aku masih sayang muka bulatku, tangan kanan dan kiri, kaki besarku; tapi segala rasa sayang itu terkalahkan benci. Benci pada ingatanku.

Betapa tidak, dia telah mengkhianatiku. Dalam dan tajam. Aku paling tidak suka pengkhianat, apalagi pengkhianat itu adalah kepercayaanku. Ya, aku sangat mempercayai ingatanku. Dia telah membantuku merawat kenanganku sekaligus membuang yang tak perlu.

Tapi tidak sekarang. Saat aku telah mempercayakan bulat-bulat segala kenanganku padanya, ia berpaling dariku. Dan tiba-tiba semua kenangan buruk ditumpahkannya ke hadapanku.

Aku tersesat. Aku seharusnya berjalan maju tapi kenangan-kenangan buruk ini membuatku lupa ke mana tujuanku.


Tinggalkan komentar